Kamis, 09 Agustus 2012

SISTEM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA

Oleh:
Abidin


A.   Pendahuluan
Masyarakat yang maju kaya dan makmur, dengan kenyamanan dan kemudahan yang didukung oleh mesin atau alat-alat otomatis, telah mengalami derita yang diakibatkan oleh kemajuan tersebut. Kini ancaman yang dihadapi mereka adalah penyakit yang diakibatkan kurangnya gerak. Sebagai akibatnya, yaitu penyakit degeratif, seperti penyakit  jantung koroner,  tekanan darah tinggi dan lain-lainnya yang meningkat  sehingga berpengaruh terhadap mutu kehidupan mereka.
Tahukah bahwa di belanda, biaya perawatan kesehatan meningkat 2,5 persen,  di kanada 6 persen,  dan di Amerika mencapai 8 persen. Hal ini diakibatkan warga masyarakat kurang melakukan aktivitas jasmani (Rusli Lutan, 2001: 16). Secara ekonomi keadaan tersebut dianggap sebagai ancaman yang merugikan. Karena selain bisa menurunkan  produktivitas kerja juga bisa meningkat biaya perawatan kesehatan. Di Indonesia sendiri keadaan tersebut juga telah berkembang dalam jangkauan yang luas.  Kadaan itu terjadi terutama di kota-kota  bahkan kini sudah sampai  ke desa-desa.
Gejala kemerosotan kebugaran jasmani di kalangan anak-anak di seluruh dunia sudah merupakan gejala umum.  Penyebab utama adalah karena kurang aktif bergerak, bertambah sedikitnya waktu untuk melaksanakan pendidikan jasmani  dan kurang memahaminya tentang konsep pendidikan jasmani dan olahraga sehingga perkembangan pendidikan jasmani dan olahrga masih dirasa belum mencapai harapan.
Pendidikan jasmani dan olahraga merupakan salah satu disiplin ilmu yang digunakan dalam proses penyelenggaraan pendidikan secara nasional. Sehingga diharapkan melalui konsep dasar teori dapat diimplementasikan dalam perkembangan pendidikan jasmani dan olahraga.  Serta mampu rnengarahkan dalam menganalisis secara cermat gejala-gejala yang timbul di berbagai negara maupun masyarakat sebagai akibat pelaksanaan sistem pendidikan jasmani dan olahraganya masing-masing.
Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam rangka pembentukan manusia Indonesia berkualitas berdasarkan Pancasila.
Namun secara eksplisit istilah pendidikan jasmani dibedakan dengan olahraga. Dalam arti sempit olahraga diidentikkan sebagai gerak badan. Olahraga ditilik dari asal katanya dari bahasa jawa olah yang berarti melatih diri dan rogo (raga) berarti badan. Secara luas olahraga dapat diartikan sebagai segala kegiatan atau usaha untuk mendorong, membangkitkan, mengembangkan dan membina kekuatan-kekuatan jasmaniah maupun rohaniah pada setiap manusia.
Dengan demikian olahraga merupakan bagian terpenting pada setiap negara. Oleh karena itu, perlu pemahaman dalam pelaksanaan yang baik pada setiap negara tersebut, melalui berbagai kajian teori dalam pengembangannya. Pemaknaan jasmani dan olahraga dalam konsep pengembangan pendidikan merupakan pembahasan yang akan disajikan lebih lanjut.
Selain itu, intrepretasi terpenting dalam pendidikan jasmani dan olahraga adalah program secara nasional, sistem pendidikan dan pembinaan yang  digunakan  dalam  pendidikan  jasmani   dan olahraga pada beberapa  negara. Intrepretasi tersebut berdasarkan aspek budaya dan sejarah bangsa, dengan mempertimbangkan perkembangan IPTEK dan peran organisasi internasional dan kompetisi internasional
Memang belum terdapat definisi tentang perbandingan pendidikan jasmani dan olahraga yang dapat diterima secara universal, namun umumnya dapat dikatakan bahwa, perbandingan pendidikan jasmani dan olahraga adalah analisis perbandingan dari sifat-sifat dan perkembangan yang menonjol dari pendidikan jasmani dan olahraga  pada dua negara atau lebih, ataupun area, masarakat dan kultur budaya, guna rmaksud-maksud penyelidikan tentang perbedaan maupun kesamaannya dalam pengembangannya.

B. Permasalahan
            Berdasarkan uraian di atas, maka adapun masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: bagaimana konsep pendidikan jasmani dan olahraga, bagaimana system pendidikan jasmani di Jepang, bagaimana pengembangan pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga di Indonesia, bagaimana landasan falsafah pendidikan kebugaran jasmani, dan bagaimana strategi pengembangannya.

C.   Tujuan
Untuk memberikan arah dan makna dalam penyusunan makalah ini, maka perlu menentukan tujuan. Adapun tujuan yang dapat dikemukakan dari penulisan makalah ini adalah untuk memahami bagaimana sistem pengembangan pendidikan jasmani dan  olahraga baik di Jepang maupun di Indonesi.
D.  Metodologi 
Metode  yang digunakan oleh penulis  dalam menyusun  tulisan ini adalah metode kepustakaan dan bahan lainnya yang diunduh dari internet.
E. Pembahasan
1. Konsep Umum Pendidikan Jasmani  dan Olahraga
Jasmani dalam sebutan bahasa Inggris adalah physical, dalam ilmu faal, jasmani disebut sebagai struktur biologik pada manusia. Secara umum dipahami bahwa jasmani atau jasadia berarti tubuh manusia. Jasmani dalam pembahasan ini adalah pemanfaatan aktivitas fisik sebagai manifestasi pengembangan kualitas hidup manusia dalam memenuhi kebugaran secara totalitas dan keterampilan motorik.
Jasmani disinonimkan dengan pendidikan, maka segala aktivitas jasmani membawa nilai-nilai pendidikan, yang tidak terikat ataupun tertuju kepada gerakan-gerakan dalam peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang umum berlaku seperti olahraga.
Dengan demikian, pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan  motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh rana, jasmani, psikomotor, kognitif, dan afektif setiap siswa.
Menurut Jesse Feiring Williams dalam William H. Freeman (2001:3) pendidikan Jasmani adalah tentang sejumlah aktivitas-aktivitas fisik manusia yang dipilih, dan dilaksanakan dengan maksud untuk mencapai hasil yang bermanfaat bagi tubuh. William menekankan satu hal bahwa walaupun pendidikan jasmani diartikan mengajar dengan fisik, melalui penggunaan aktivitas-aktivitas fisik, tujuannya adalah melampaui fisik tersebut. Selanjutnya (KEPMENDIKBUD No. 413/u/1987) bahwa pendidikan jasmani adalah bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan yang bertujuan meningkatkan individu secara organik, neuromuscular, intelektual dan emosional melalui aktivitas fisik. Pendidikan jasmani berarti program pendidikan lewat gerak atau permainan dan olahraga. Di dalamnya terkandung arti bahwa gerakan, permainan, atau cabang tertentu yang dipilih hanyalah alat untuk mendidik. (Agus Mahendra, 2009: 24).  H. J. S. Husdarta (2009: 17) mengemukakan pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Artinya pendidikan jasmani bukan hanya dekorasi atau ornament yang ditempel pada program sekolah sebagai alat untuk membuat anak sibuk.
Sedangkan pengertian olahraga berdasarkan (pasal 1 ayat 4 UU RI No. 3 Tahun 2005) olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong,  membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani,  dan sosial. Dari ketentuan Internasional Council of Sport and Physical Education adalah setiap aktivitas fisik berupa permainan dan berisikan pertandingan melawan orang lain, diri sendiri ataupun unsur-unsur alam dikatakan sebagai olahraga atau sport. Jadi antara pendidikan jasmani dan olahraga sering dikatakan  ada interface, tidak sama namun ada bagian-bagian yang sama. Jelas keduanya adalah aktivitas fisik, tegasnya aktivitas otot-otot besar  atau big muscle activity, bukan fine muscle activity.  
Oleh karena itu, dalam penerapannya tetap berlandaskan pada suasana kependidikan, serta berpegang pada kaidah-kaidah dalam praktek pendidikan. Adapun pendidikan olahraga adalah pendidikan yang membina anak agar menguasai cabang-cabang olahraga tertentu.
Di Amerika Serikat pendidikan jasmani menurut Nixon dan Jewet adalah satu aspek dari proses pendidikan keseluruhan yang berkenaan dengan perkembangan dan penggunaan kemampuan gerak individu yang sukarela dan berguna serta berhubungan langsung dengan respon mental, emosional dan sosial.
Konsep pendidikan jasmani yang diuraikan Nixon dan Jewet, dapat dikatakan searah dengan pemahaman di Indonesia yang diuraikan Rusli Lutan (2001: 18), bahwa pendidikan jasmani sebagai sebuah subjek yang penting bagi pembinaan fisik yang dipandang sebagai mesin dalam konteks pendidikan jasmani yang mengandung isi pendidikan melalui aktivitas jasmani. Karenanya konsep pendidikan jasmani perlu dikuasai oleh para calon guru (mahasiswa penjas) dan guru yang bersangkutan, sehingga dalam penerapannya memperlihatkan kesetaraan pemahaman.
Selain itu diharapkan dapat melakukan pemetaan konsep dalam penerapan pendidikan jasmani berdasarkan jenjang pendidikan (kesesuaian kurikulum pendidikan jasmani), termasuk memaksimalkan potensi-potensi lokal, dalam hal ini permainan tradisional yang dapat dimodifikasi. Sebagai batasan atau rumusan dari konsep pendidikan jasmani, Arma Abdoellah (2003;42) menguraikan sebagai salah satu aspek dari proses pendidikan keseluruhan peserta didik melalui kegiatan jasmani yang dirancang secara cermat, yang dilakukan secara sadar dan terprogram dalam usaha meningkatkan kemampuan dan keterampilan jasmani dan sosial serta perkembangan kecerdasan.
Esensi dari substansi pendidikan jasmani ialah pengetahuan tentang gerak insani dalam konteks pendidikan yang terkait dengan semua aspek pengetahuan yang berlangsung secara didaktik, rekreatif, untuk dipahami dan dapat dilakukan oleh peserta didik secara utuh. Oleh karena itu, pendidikan jasmani dan olahraga adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan beIajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh rana, jasmani, psikomotor, kognitif, dan afektif setiap siswa.
Tujuan akhir pendidikan jasmani dan olahraga terletak dalam peranannya sebagai wadah unik. Penyempurnaan watak, dan sebagai wahana untuk memiliki dan membentuk kepribadian yang kuat, watak yang baik dan sifat yang mulia. Jadi orang-orang yang memiliki kebajikan moral seperti inilah yang akan menjadi warga masyarakat yang baik dan berguna. (Baron Piece de Coubertin, Penggagas Kebangkitan Olympiads Modern, Perancis).
Posisi pendidikan jasmani dan olahraga pada kedudukan yang amat strategis yakni sebagai alat pendidikan, sekaligus pembudayaan, karena kedua istilah yang amat dekat dan erat. Maknanya tidak lain adalah sebagai proses pengalihan dan penerimaan nilai-nilai. Dalam konteks keolahragaan secara menyeluruh, memang kian kita sadari perubahan  yang terjadi sebagai dampak dari globalisasi dalam ekonomi yang dipacu oleh teknologi komunikasi juga terbawa dalam dunia olahraga (Coomb 2004:7).
Dengan demikian, yang menjadi perhatian dalam pelaksanaan pendidikan jasmani dan olahraga yaitu: (1) pendidikan merupakan upaya penyiapan peserta didik menghadapi dan berperan dalam lingkungan hidup yang selalu berubah dengan cepat dan pluralistik; (2) pendidikan merupakan upaya peningkatan kualitas kehidupan pribadi masyarakat dan berlangsung seumur hidup; (3) pendidikan merupakan mekanisme sosial dalam mewariskan nilai, norma, dan kemajuan yang telah dicapai masyarakat; (4) pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan teknologi bagi pembentukan manusia seutuhnya; (5) dalam undang – undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk rnemiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan emosional, dalam kerangka sistem pendidikan nasional.

2. Sistem Pendidikan di Jepang
Salah satu contoh. Pelajaran penjas 'volley mini' di kelas 4 melibatkan 6 pelajaran sistematis dalam tahun tersebut. Ibu Sato memutuskan untuk menggunakan pelajaran ketiga sebagai suatu pelajaran penelitian, sedangkan guru lainnya mengamati secara teliti.

·   Fase perencanaan
Kelompok Ibu Sato terdiri dari guru senior kelas 4. Untuk mencapai tujuan jangka panjang (pendidikan untuk klak individu anak) dia mencoba untuk memahami situasi di kelasnya. Dia merasa bahwa ketika sebagian anak aktif dan memiliki pendapat yang jelas, yang lain memiliki perasaan yang tidak dapat mereka ungkapkan atau tindak lanjuti.
Agar pendidikan jasmani menyenangkan bagi mereka, di bagian pertama dan kedua dan 6 pelajaran dia meminta anak-anak menciptakan peraturan mereka sendiri untuk membantu mereka dan orang lain dalam menikmati permainan volley. Setelah permainan dia meluangkan waktu untuk berefleksi dengan siswa mereka. tentang bagaimana mereka bermain. Mereka juga mendiskusikan bagaimana mereka dapat memperbaiki permainan untuk melibatkan seseorang yang sering tersingkirkan,  sehingga mereka dapat menikmatinya dengan orang lain.

·  Fase pelaiaran penelitian
Rencana pelajaran yang disiapkan dengan seksama dipelajari oleh semua. anggota kelompok. Ibu Sato kemudian melaksanakan pelajarannya ketika anggota kelompok dan guru lain melihat. Orang yang bertanggung jawab dalam pendidikan jasmani di kota juga diundang sebagai seorang konsultan untuk memberi masukan.

·  Fase diskusi
Ketika pelajaran penelitian selesai, sebuah diskusi dilaksanakan untuk bertukar pendapat tentang pelajaran, Ini dimulai dengan penjelasan tujuan pelajaran oleh guru. Kemudian guru yang mengamati, memberikan pendapatnya atau bertanya secara giliran, berkomentar berdasarkan, pengalaman sendiri.
Mempengaruhi konsep 4 studi pelajaran. Dalam contoh ini, siswa kelas 4 belajar tentang pentingnya kekuatan teman sebaya. Mereka juga belajar tentang kegiatan kerjasama untuk merespon perbedaan. Guru dalam kelompok mendapatkan pandangan positif tentang manfaat pembelajaran kelompok, sebagai cara membantu anak mengemukakan isu-isu  mereka sendiri agar dipecahkan oleh mereka sendiri.
Lebih penting lagi, semua guru mendiskusikan dan mengevaluasi pelajaran, yang memampukan mereka berbagi topik penting ke seluruh sekolah. Sekarang ini, kebanyakan guru memahami situasi tiap anak dan berbagi peran tanpa memandang kelas mana yang ditugaskan kepada mereka. Misalnya guru sering membawa anak laki-laki pulang setelah selesai sekolah, karena dia tahu anak tersebut mengalami masalah emosi dan orang tuanya bekerja sampai larut malam.
Masih ada beberapa anak yang menyembunyikan nama sesungguhnya, karena ini akan mengungkapkan status kesukuan mereka. Namun, kepala sekolah mengomentari apakah anak mengubah namanya atau ticlak, semua merasa nyaman dan senang sekolah dasar Suzuki. Sehubungan dengan pendidikan inklusif, sekolah dasar Suzuki berkembang ke arah penyediaan lingkungan yang lebih baik untuk individu anak. Keefektifan kolaborasi antar guru selama studi pelajaran secara lugas diakui sebagai elemen yang kuat dalam mengembangkan budaya sekolah yang inklusif dan terbuka.

3. Pengembangan Pendidikan Jasmani dan Olahraga di Indonesia
Salah satu pertanyaan yang sering diajukan oleh guru-guru penjas belakangan ini adalah: "Apakah pendidikan jasmani?" Pertanyaan yang cukup aneh ini justru dikemukakan oleh yang paling berhak menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini mungkin terjadi karena pada waktu sebelumnya guru itu merasa dirinya bukan sebagai guru pendidikan jasmani, melainkan guru pendidikan olahraga. Perubahan pandangan itu terjadi menyusul perubahan nama mata pelajaran wajib dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, dari mata pelajaran pendidikan olahraga dan kesehatan (orkes) dalam kurikulum 1984,  menjadi pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan (penjaskes) dalam kurikulum1994. Perubahan nama tersebut tidak dilengkapi dengan sumber belajar yang menjelaskan makna dan tujuan kedua istilah tersebut. Akibatnya sebagian besar guru menganggap bahwa perubahan nama itu tidak memiliki perbedaan, dan pelaksanaannya dianggap sama. Padahal muatan filosofis dari kedua istilah di atas sungguh berbeda, sehingga tujuannya pun berbecla pula. Pertanyaannya, apa bedanya pendidikan olahraga dengan pendidikan jasmani?
Pendidikan jasmani berarti program pendidikan lewat gerak atau permainan dan olahraga. Di dalamnya terkandung arti bahwa gerakan, permainan, atau cabang olahraga tertentu yang dipilih hanyalah alat untuk mendidik. Mendidik apa ? Paling tidak fokusnya pada keterampilan anak. Hal ini dapat berupa keterampilan fisik dan motorik, keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah, dan bisa juga keterampilan emosional dan sosial. Karena itu, seluruh adegan pembelajaran dalam mempelajari gerak dan olahraga tadi lebih penting dari pada hasilnya. Dengan demikian, bagaimana guru memilih metode, melibatkan anak, berinteraksi dengan murid serta merangsang interaksi murid dengan murid lainnya, harus menjadi pertimbangan utama.
Sedangkan pendidikan olahraga adalah pendidikan yang rnembina anak agar menguasai cabang-cabang olahraga tertentu. Kepada murid diperkenalkan berbagai cabang olahraga agar mereka menguasai keterampilan berolahraga. Yang ditekankan di sini adalah hasil dari pembelajaran itu, sehingga metode pengajaran serta bagaimana anak menjalani pembelajarannya didikte oleh tujuan yang ingin dicapai. Ciri-ciri pelatihan olahraga menyusup ke dalam proses pembelajaran. Dengan proses tersebut, dapat memberikan kekeliruan yang berlarut-larut dalam proses pendidikan jasmani di Indonesia.
Yang sering terjadi pada pembelajaran pendidikan olahraga adalah bahwa guru kurang memperhatikan kemampuan dan kebutuhan murid. Jika siswa harus belajar bermain bola voli, mereka belajar keterampilan teknik bola voli secara langsung. Teknik-teknik dasar dalam pelajaran demikian lebih ditekankan, sementara tahapan penyajian tugas gerak yang disesuaikan dengan kemampuan anak kurang diperhatikan, kejadian tersebut merupakan salah satu kelemahan dalam pendidikan olahraga. Guru demikian akan berkata: "kalau perlu tidak usah ada pentahapan, karena anak akan dapat mempelajarinya secara langsung. Beri mereka bola, dan instruksikan anak supaya bermain langsung". Anak yang sudah terampil biasanya dapat menjadi contoh, dan anak yang belum terampil belajar dari mengamati demonstrasi temannya yang sudah mahir tadi. Untuk pengajaran model seperti ini, ada ungkapan: Kalau anda ingin anak-anak belajar renang, lemparkan mereka ke kolam yang paling dalam, dan mereka akan bisa berenang sendiri.
Tabel di bawah menekankan perbedaan antara pendidikan jasmani dengan pendidikan olahraga.
Perbedaan antara Pendidikan Jasmani dan Pendidikan, Olahraga

Pendidikan Jasmani

Pendidikan Olahraga
Sosialisasi atau mendidik via
olahraga
Sosialisasi atau mendidik ke
dalam olahraga
Menekankan perkembangan
kepribadian menyeluruh
*
Mengutamakan penguasaan
keterampilan berolahraga
Menekankan                             penguasaan
keterampilan dasar.
Menekankan                             penguasaan
teknik dasar









Pendidikan jasmani tentu tidak bisa dilakukan dengan cara demikian. Pendidikan jasmani adalah suatu proses yang terencana dan bertahap yang perlu dibina secara hati-hati dalam waktu yang diperhitungkan. Bila orientasi pelajaran pendidikan jasmani adalah agar anak menguasai keterampilan berolahraga, misalnya sepak bola, guru akan lebih menekankan pada pembelajaran teknik dasar dengan kriteria keberhasilan yang sudah ditentukan. Dalam hal ini, guru tidak akan memperhatikan bagaimana agar setiap anak mampu melakukannya, sebab cara melatih teknik dasar yang bersangkutan hanya dilakukan dengan cara tunggal. Beberapa anak mungkin bisa mengikuti dan menikmati cara belajar yang dipilih guru tadi. Tetapi sebagian lain merasa selalu gagal, karena bagi mereka cara latihan tersebut terlalu sulit, atau terlalu mudah. Anak-anak yang berhasil akan merasa puas dari cara latihan tadi, dan segera menyenangi permainan sepak bola.
Lain lagi  dengan anak-anak lain yang kurang berhasil? Mereka akan serta merta merasa bahwa permainan sepak bola terlalu sulit dan tidak menyenangkan, sehingga mereka tidak menyukai pelajaran dan permainan sepak bola tadi. Apalagi bila ketika mereka melakukan latihan yang gagal tadi, mereka selalu diejek oleh teman-teman yang lain atau bahkan oleh gurunya sendiri. Anak-anak dalam kelompok gagal ini biasanya mengalami perasaan negatif. Akibatnya, citra diri anak tidak berkembang dan anak cenderung menjadi anak yang rendah diri.
Melalui pembelajaran pendidikan jasmani yang efektif, semua kecenderungan tadi bisa dihapuskan, karena guru memilih cara agar anak yang kurang terampil pun tetap menyukai latihan memperoleh pengalaman sukses. Di samping guru membedakan bentuk latihan yang harus dilakukan setiap anak, kriteria keberhasilannya pun dibedakan pula. Untuk kelompok mampu kriteria keberhasilan lebih berat dari anak yang kurang mampu, misalnya dalam pelajaran renang di tentukan: mampu meluncur 10 meter untuk anak mampu, dan hanya 5 meter untuk anak kurang mampu.
Dengan cara demikian, semua anak merasakan apa yang disebut perasaan berhasil tadi, dan anak makin menyadari bahwa kemampuannya pun meningkat, seiring clengan seringnya mereka mengulang-ulang latihan. Cara ini disebut gaya mengajar partisipatif karena semua anak merasa dilibatkan dalam proses pembelajaran.
Untuk mencegah terjadinya bahaya lain dari kegagalan, guru pendidikan jasmani dan olahraga harus mengembangkan cara respon siswa terhadap anak yang gagal dan melarang siswa untuk melemparkan ejekan pada temannya. Sebagai konsep pelaksanaan pendidikan jasmani dan olahraga di Indonesia, maka diilustrasikan dalam bagan berikut ini.


_Pic1

Gambar 2. Pelaksanaan Pendidikan Jasmani
Ilustrasi konsep pendidikan jasmani dan olahraga tersebut, telah dilandasi dengan berbagai aspek keilmuan, sehingga pencapaian kebugaran jasmani dan keterampilan motorik melalui aktivitas manusia, sehingga dapat memberikan nilai (aksiologi).


4. Landasan Falsafah Pendidikan Kebugaran Jasmani
Kemana arah pembinaan kebugaran jasmani? Tujuan jangka panjang pendidikan jasmani adalah sebagi berikut:
1.  Kegiatan itu dimaksudkan untuk menghasilkan insan yang berpendidikan dan berpandangan bahwa aktivitas jasmani ini bernilai, bermanfaat, dan dapat dilakukan di sepanjang hayat.
2.  Melalui proses pendidikan tersebut juga dihasilkan insan yang dapat memahami bagaiman membuat rencana kegiatan dan melasanakannya, baik untuk keperluan sendiri secara perorangan maupun keperluan kelompok.
3.  Untuk menghasilkan seseorang yang terampil menciptakan peluang dan memanfaatkannya dalam rangka pembinaan kebugaran jasmani. Kemampuan mengatasi stress dan hambatan juga menjadi tujuan akhir.
Bertitik tolak dari pandangan falsafah tersebut, sebagai guru pendidikan jasmani, kita perlu memahami kaidah pengembangan program pendidikan jasmani yang seimbang. Adapun kaidah-kaidah  yang dimaksud  adalah  sebagai berikut :
1.    Menyediakan wakut yang cukup bagi anak untuk melalukan aktivitas jasmani.
2.    Menyediakan kesempatan bagi setiap anak untuk memenuhi kebutuhan secara perorangan yang memang berbeda-beda.
3.    Menyediakan aneka kegiatan dan memberikan bimbingan sesuai dengan pilihan siswa.
4.    Memberikan informasi umpan balik kepada anak, baik mengenai proses maupun hasilnya.
5.    Membekali siswa dengan keterampilan dasar termasuk pengayaan keterampilan dalam rangka meningkatkan kebugaran jasmani.
6.    Menjadikan diri sebagai guru pendidikan jasmani yang pantas sebagai panutan bagi siswa.
7.    Memberikan perhatian penuh bagi perkembangan anak secara menyeluruh, termasuk sikap dan perlakuannya terhadap aktivitas jasmani yang dilaksanakan secara teratur dan berkesinambungan.
8.    Menggunakan strategi yang tepat untuk membentuk pola hidup sehat.
9.    Menggunakan gaya hidup aktif dan pelaksanaan aktivitas jasmani di luar pendidikan jasmani disekolah.
10. Menghindari ucapan yang menyatakan bahwa aktivitas jasmani itu hanyalah membuang-buang waktu, dan sia-sia belaka.
Sesuai dengan kodranya, anak senang bermain. Ia senang melampiaskan kebebasannya untuk bergerak. Melalui bermain, anak disiapkan untuk menghadapi kehidupan nyata. Bermain mengajarkan kenyataan hidup. Untuk mencapai hal ini, maka perlu penyiapan strategi pengembangan program yang sistematis dan berkesinambungan. Sehingga  tujuan bebetul-betul dapat tercapai dengan maksimal sesuai apa yang diharapkan.

5.  Strategi Pengembangan
Penyiapan program yang dianggap bermutu, tidak akan berjalan dengan sendirinya. Karena itu dibutuhkan strategi pengembangan yang mencakup beberapa aspek sebagai berikut:
1.    Kembangkan program yang menekankan pada penyediaan pengalaman jasmani yang disenagi di sepanjang hayat. Karena itu, misalnya, latihan aerobic, stretching (perengangan otot), jalan kaki, tenis, dan berenang.
2.    Bantulah siswa untuk menguasai keterampilan gerak dan kembangkan penilaian diri positif bahwa ia dapat menguasai keterampilan itu. Sebagai contoh, bagaimana melakukan pemanasan yang benar sebelum berlatih, bagaimana melakukan stretching yang aman dan efektif; atau bagaimana memainkan suatu cabang olahraga dengan memuaskan dan mendatangkan kesenangan.
3.    Berikan kesempatan yang meluas dan merata sehingga semua anak dengan kemampuan yang berbeda-beda dapat ikut serta; programnya jangan sampai menjadi monopoli anak yang berbakat.
4.    Beri tekanan pada program yang akan mendatangkan maslahat, bukan hanya untuk kepentingan jasmani, seperti kebugaran, tetapi juga untuk perkembangan sosial, dan keterampilan yang diperlukan untuk mempertahankan gaya hidup aktif sepanjang hayat, keterampilan itu antara lain, bagaimana mengukur kebugaran diri secara sederhana, megatasi masalah, dan memotivasi diri.
Bila rambu-rambu pengembangan itu diringkas, maka ada tiga hal pokok yang menjadi perhatian dalam pegembangan program pendidikan jasmani. Dapat dilihat pada gambar dibawah ini.








Gambar 3 : Program Pengembangan Pendidikan Jasmani
F. Kesimpulan dan Saran
1.  Kesimpulan
Bagaimanapun juga, istilah pendidikan jasmani dan pendidikan olahraga secara prinsip memang berbeda, walaupun masih banyak juga dalam penerapannya dan pemahaman dimasyarakat guru pendidikan jasmani, masih terlihat sama. Ini, mungkin implikasi dari tidak adanya pemahaman yang bisa diterima secara universal tentang definisi pendidikan jasmani dan olahraga, sehingga tujuannya kurang mengenai sasaran khususnya pendidikan jasmani sebagaimana yang diharapkan.
Sebagai upaya untuk meminimalisir kondisi tentang kesalah pahaman antara pendidikan jasmani dan olahraga, maka tulisan ini telah membahas bagaimana perbedaan dan kesamaan pendidikan jasmani dan pendidikan olahraga serta pengembangannya, sehingga diharapkan dapat membantu pembaca untuk mendiferensiasi pengertian dan konsep pendidikan jasmani dan pendidikan olahraga sehingga pengembangannya juga dapat mencapai maksimal.
Pengembangan olahraga di Indonesi sudah cukup memadai hal ini disebabkan perencanaan dan program telah dilakukan secara  terencana sistematis dan berkesinambungan. Namun bila dibandingkan dengan negara-negara lain kita masih perlu pembenahan atau meningkatkan upaya-upaya diberbagai bidang khususnya  pada bidang IPTEK.
Sedangkan pendidikan jasmani dalam pelaksanaannya masih banyak kendala-kendala yang dihadapi seperti: sarana dan prasarana, pemahaman guru penjas itu, masih banyak yang kurang memahami tentang hakikat pendidikan jasmani yang sebenarnya, sehingga pelaksanaannya-pun masih mirip dengan olahraga.

2.  Saran
Diharapkan pemerintah memberikan perhatian yang lebih serius dan konsistem dalam mengimplementasikan UU keolahragaan yang ada. Para pelatih dan khusnya guru pendidikan jasmani harus memahami dan mengetahui perbedaan pendidikan olahraga dan pendidikan jasmani agar pelaksanaannya tidak salah sasaran. Guru pendidikan jasmani harus  memperhatikan tiga hal pokok  dalam megembangan program pendidikan jasmani seperti yang telah dikemukakan di atas dan strategi pengembangannya.

G. Daftar Pustaka
Ateng Abdul Kadir ,1989. Pengantar Asas Asas Landasan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Rekreasi. Jakarta: P2LPTK Dtjen Dikti.
-------,  1992. Asas dan Landasan Pendidikan Jasmani. Jakarta: Dep. P & K, Dirjen Dikti
--------,1992. Ke Arah Pembentukan Sistem Pendidikan Jasmani di Indonesia. Makalah disampaikan pada Konvensi Nasional. Pendidikan Indonesia II di Medan: 4 - 8 Pebruari.

--------,2007. Filsafat Olahraga dan Tantangan Pembangunan Olahraga Indonesia Pada Masa Mendatang. Makalah disampaikan pada seminar keolahragaan Indonesia di Singaraja, Bali: 26 Mei
http://citatasababa.spaces.live.com/blog/cns80F33206A046D303!189.entry
Husdarta H. J. S., 2009. Manajemen Pendidikan Jasmani. Bandung. Penerbit Alfabeta Bandung.
Lutan Rusli. 2001. Mengajar Pendidikan Jasmani Pendekatan Pendidikan Gerak Di Sekolah Dasar. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional DIJDASMEN.
Mahedra Agus. 2009. Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani.Bandung. Progran Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia.
Svoboda, B. and R Richtecky, Eds. 1995.  Physical Activity for Life: Compaarative Physical Education and Sport. Vol. 9 Aachen, Ger: Meyer and Meyer.
Freeman H. William . 2001. Physical Education and Sport INA Changing Society. United States of  America. Sixth Edition. Campbell University.


[1] Abidin: Dosen Jurusan Pendidikan Kepelatihan Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Makassar

0 komentar:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting